Rabu, 24 Maret 2010

NABI NUH AS.

NABI NUH AS.

Oleh: M.Nuril Syafaul Karim

Selasa, 08 desember 2009


Baiklah saudara-saudaraku pendengar setia dongeng-dongeng kami. Dongeng kali ini menceritakan kisah Nabi Nuh as. Tahukah kalian siapa Nabi Nuh as itu? Dia adalah seorang nabi ke-4 yang diturunkan oleh Allah setelah adam, syit, dan idris. Dan Nabi Nuh as ialah seorang Nabi keturunan ke-9 dari Nabi adam as. Ayah Nabi Nuh as ialah Lamik bin Motusyalih bin idris.

Nabi Nuh as diperintah oleh Allah untuk menyebarkan ajaran-ajaran kebenaran dari Allah kepada kaumnya di masa fatrah, yaitu masa kekosongan dua rasul. Masa itu umat manusia banyak sekali yang berbuat syirik kepada Allah dengan menyembah berhala-berhala, meninggalkan amal kebajikan, dan melakukan kemungkaran di bawah pimpinan iblis.

Nama berhala yang disembah oleh umat Nabi Nuh as ialah: 1) wadd, 2) suwa, 3) ya’uq, dan 4) nasr. Nabi Nuh as dalam menyebarkan ajaran kebenaran Allah sangat sabar dan telaten. Meski di saat menyebarkan ajaran Allah Nabi Nuh sering diejek, dihina, bahkan diperangi, Nabi Nuh as tetap berlapang dada, berjuang gigih, dan menyerahkan itu semua kepada Allah.

Nabi Nuh as menyebarkan ajaran kebanaran tiap hari, siang malam, tanpa kenal lelah. Dia yakin sekali bahwa kelak Allah akan membalasnya dengan surga. Dari sekian banyaknya umat Nabi Nuh as, yang mau menerima ajaran kebenaran ini hanya sejumlah tiada seratus orang. Mereka dari golongan orang-orang miskin, orang-orang fakir, dan orang-orang yang berkedudukan lemah. Sedangkan orang-orang kaya, para pembesar, para penguasa, orang-orang yang memiliki kedudukan terpandang di masyarakat, semuanya tidak mau menerima atau menolak dengan penolakan yang keras terhadap ajaran kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Nuh as.

Pernah, suatu ketika Nabi Nuh as menyiarkan ajaran kebenaran ini kepada orang-orang yang masih menolak, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku ialah pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu bahwa Allah itu Maha Esa, maka sembahlah Tuhan hanya kepada Allah, janganlah engkau berbuat keusakan di muka bumi ini, bertakwalah kepada Allah. Dan ikutilah jalan-jalan yang aku tunjukkan ini, ini adalah jalan kebenaran yang diridhai Allah. Jika kalian semua masih membangkan terhadap seruanku ini, niscaya azab atau siksa Allah sangat pedih bagi kalian.”

Mereka membalas seruan Nabi Nuh as dengan ucapan yang penuh dengan kesombongan, “hai Nuh, kau ini sebenarnya orang gila yang hanya bisa berkata-kata kepada kami. Lihatlah orang-orang yang mengikuti kamu, dia adalah orang-orang miskin, orang-orang fakir, dan orang-orang yang tidak memiliki kedudukan terhormat di masyarakat. Dia mengikuti kamu karena kena tipu dayamu.”

Wahai kaumku, sungguh benar apa yang saya bawa ini. Ini datangnya langsung dari Tuhanku, Tuhan kita sekalian, Tuhannya umat manusia di jagat raya ini. Dan sesungguhnya saya tidak meminta imbalan apa-apa terhadapmu jika kamu mengikuti jalan-jalanku ini.” Nabi Nuh as menjelaskan risalah dakwahnya kepada kaumnya.

Hai orang gila, aku tidak mau mengikuti jalan-jalanmu karena bisa menurunkan derajatku yang tinggi ini di mata masyarakat.” Tolak kaum nabi nuh as.

Mendengar penolakan-penolakan dari kaumnya, Nabi Nuh as berdoa kepada Allah. “Ya Allah, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. Namun seruanku hanya menambah mereka lair dari kebenaran ini. Tiap kali aku menyeru mereka beriman kepada Engkau Ya Allah agar engkau mengampuni mereka, namun mereka malah menutup muka mereka dengan baju yang mereka pakai dan mereka sangat menyombongkan diri. Aku sudah memakai cara terang-terangan dan diam-diam untuk menyeru mereka. Dan selalu aku katakan kepada mereka, “mohonlah ampun kepada Tuhanku. Sesungguhnya dia adalah maha pengampun. Allah akan menurunkan hujan yang lebat, harta yang banyak, anak-anak yang patut kepadamu, sungai-sungai yang mengalir dan membawa manfaat, serta kebun-kebun yang subur kepada kamu sekalian, jika kalian mau bertakwa kepada Allah swt. Janji Allah itu benar. Akan tetapi jika kalian masih tetap tidak mau bertakwa kepada Allah, selalu mengingkari ajaran-ajaran-Nya, dan menyombongkan diri di muka bumi ini, ingatlah sesungguhnya siksa Allah sangat pedih bagi kamu sekalian”

Hai orang gila. Sekali-kali. Kami tidak akan sudi mengikuti petunjukmu. Kami belum mendapatkan hujan, ini bukanlah ulah kami, tapu ini adalah jelas-jelas ulah kamu dan orang-orang yang mengikuti kamu. Maka pergilah dari kampung kami agar kami tidak terganggu oleh seruan-seruan dustamu.” Balas kaum Nabi Nuh as dengan suara meledak-ledak, tidak mau disalahkan, dan selalu menantang Nabi Nuh as. Bahkan kaum Nabi Nuh as menambah ucapan yang sangat congkak dan sombong, “Hai, Nuh. Kamu jangan hanya berjanji-janji. Kamu tidak usah menakut-nakuti kami. Sesungguhnya kami tidak takut terhadap ancaman-ancaman yang sudah kamu katakan tadi. Jika kamu memang benar-benar orang yang diutus Allah sebagai rasul, buktikan kepada kami ancaman-ancaman yang datangnya dari Tuhanmu sekarang juga. Sekali-kali kami tidak merasa gentar terhadap ancaman-ancaman Tuhanmu.”

Wahai, kaumku. Aku adalah manusia biasa, sama seperti kamu. Aku tidak memiliki daya kekuatan sedikit pun. Allahlah yang menguasai jiwa dan ragaku. Allahlah yang memberikan perlindungan kepada kita. Allahlah yang bisa membuktikan janji-janji-Nya.” Jawab Nabi Nuh as dengan sabar.

Kalau begitu, pulanglah. Dan katakan kepada Tuhanmu agar Dia membuktikan janji-janji dan ancaman-ancamannya yang diberikan kepada kami jika ajaran yang kamu bawa itu benar. Kami ingin bukti.” Pinta kaum Nabi Nuh as dengan nada mengejek.

Wahai kaumku. Sesungguhnya jika Tuhanku membuktikan janji-janji dan ancaman-ancamannya kepada kalian, sungguh tiada satu orang pun yang bisa selamat darinya. Mumpung masih ada waktu sisa hidupmu, ikutilah jalan-jalanku. Hentikan menyembah berhala. Bertakwalah kepada Allah, dan janganlah berlaku sombong di muka bumi ini.” Terang Nabi nuh as kepada kaumnya. Namun kaum Nabi Nuh as tetap meminta bukti yang jelas.

Nabi Nuh as pulang dengan meneteskan air mata, bersedih hati, lalu berdoa kepada Allah, “Ya tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaimu dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. Ya Tuhanku. Mereka tetap tidak mau menyembah Engkau. Yang mereka sembah ialah berhala-berhala yang mereka namai: wadd, suwa, yaghuts, dan nasr. Ya Tuhanku, mereka meminta bukti yang jelas atas janji-janji dan ancaman-anacamanmu. Buktikanlah Ya Allah. Tiap hari mereka telah menyesatkan banyak orang. Saya mohon Ya Allah, janganlah Engkau tambahkan karunia bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Ya Tuhanku. Jangnalah Engkau biarkan seorang pun diantara orang-orang kafir itu tinggal dia atas bumi. Jika Engkau masih membiarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. Ya Tuhanku. Ampunilah aku, ibu-bapakku, orang yang masuk rumahku dengan beriman abik laki-laki maupun perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” Nabi Nuh as berdoa, memanjatkan permintaan-permintaan kepada Allah. Permintaan-permintaan Nabi Nuh as tiada lain karena faktor pemaksaan dari kaumnya agar Nabi Nuh as bisa membuktikan janji-janji dan ancaman-ancaman yang pernah disampaikan.

Allah menjawab permintaan-permintaan Nabi Nuh as, “Wahai hambaku, Nuh. Janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Buatlah perahu bahtera yang besar dengan mengikuti pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. Janganlah sekali-kali kamu bicarakan hal ini kepada orang-orang zalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”

Mendengar jawaban dari Allah, keesokan harinya Nabi Nuh as menanam beberapa pohon di hutan. Nabi Nuh as sabar menunggu beberapa pohon itu besar dan siap dibuat untuk perahu bahtera. Untuk menunggu itu, Nabi Nuh tetap menyeru ajaran-ajaran kebenaran kepada kaumnya. Akan tetapi balasan yang didapat Nabi Nuh as dari kaumnya ialah ejekan, cercaa, celaan, dan hinaan, yang amat sangat pedih dan menyakitkan hati. Nabi Nuh as tetap sabar menghadapi kaumnya.

Bertahun-tehun dalam menyebarkan ajaran-ajaran kebenaran kepada kaumnya, Nabi nuh as hanya mendapatkan pengikut yang setia sejumlah kurang dari seratus orang. Nabi Nuh mendapatkan petunjuk dari Allah agar Nabi Nuh sudah waktunya memulai menebang beberapa pohon yang sudah membesar dan siap dijadikan perahu bahtera.

Nabi Nuh as mulai menebang beberapa pohon yang besar. Dijadikan pohon itu perahu bahtera yang sangat besar. Dalam membuat perahu bahtera itu, Nabi Nuh dibantu oleh pengikutnya yang setia. Kaum Nabi Nuh as, orang-orang zalim mengejek Nabi Nuh as dengan mengatakan, “hai Nuh. Sejak kapan kamu jadi tukang kayu? Kamu ini gila ya. musim panas kayak begini kamu dan orang-orang pengikutmu membuat perahu. Sungguh pikiranmu telah berada di luar kewajaran.”

Nabi Nuh as tetap sabar dan memberi semangat para pengikutnya agar tidak sakit hati kalau diejek oleh orang-orang yang zalim itu. Nabi Nuh memberitahu para pengikutnya bahwa sebentar lagi Allah akan mengazab orang-orang zalim itu dengan azab yang sangat membinasakan. Tidak ada seorang pun dari orang-orang zalim yang bisa selamat dari azab Allah nanti. Para pengikut Nabi Nuh as hanya mengikuti apa-apa yang disampaikan oleh Nabi Nuh as. Akhirnya pada masa yang sudah ditentukan oleh Allah swt, Nabi Nuh as menyeru para pengikutnya agar segera menaiki perahu bahtera yang besar itu. Para pengikut Nabi Nuh as berbondong-bondong masuk ke dalam perahu bahtera. Mereka membawa bekal dan barang-barang yang dibutuhkan untuk hidup dan dimasukkan ke dalam perahu bahtera. Nabi Nuh as menyeru dengan suara lantang kepada para pengikutnya agar bersegara menaiki perahu bahtera karena langit sudah menandakan bahwa azab Allah akan turun. Dari rumah ke rumah Nabi Nuh as mencari para pengikutnya.

Orang-orang zalim awal kalinya merasa bahagia karena akan tiba hujan. Memang daerah tersebut diuji Allah dengan adanya musim panas yang berkepanjangan. Bahkan pada saat yang membinasakan tersebut, orang-orang zalim merayakan pesta minum-minuman kesar, sambil menari-nari dengan senangnya. Langit mulai hitam kelam,gelap gulita. Suara petir dari langit menyambar-nyambar mengenai rumah-rumah orang-orang zalim. Mereka berlari ketakutan. Mencari perlindungan kesana-kemari. Hujan pun turun dengan sangat lebatnya. Sedikit demi sedikit air itu membanjiri rumah, hutan, sawah, dan mengangkat perahu bahteranya Nabi Nuh as. Para pengikut Nabi Nuh as diminta Nabi Nuh as agar selalu berzikir saat berada di dalam perahu bahtera sampai habis masanya azab Allah. Suara Takbir berkumandang di dalam perahu bahteranya Nabi Nuh as.

Di dalam perahu bahtera Nabi Nuh as sebagi sopir. Nabi Nuh as melihat orang-orang zalim dan mengatakan dalam hatinya, “Wahai kaumku, kenapa kalian dulu tidak mau mengikuti jalan-jalanku. Inilah azab yang engkau nantikan. Inilah janji Allah Yang Maha Benar. Sungguh tiada satu orang pun yang kaan selamat dari azab Allah ini. Andaikan dulu kau taat kepadaku niscaya azab ini tidak akan terjadi. Kalian sendirilah yang meminta azab ini agar segera dibuktikan. Ya inilah azab Allah.”

Nabi Nuh as melihat rumah-rumah, gedung-gedung yang menjulang tinggi, sawah, dan hutan, semuanya sudah tertutupi oleh air. Perahu bahtera Nabi Nuh as sangat tenang. Ombak begitu dasyat menelan orang-orang yang zalim. Di sudut pegunungan Nbi Nuh as melihat anaknya yang bernama kan’an. Nabi Nuh as memanggil salah satu pengikutnya, “hai saudaraku. Apakah betul itu kan’an, anakku?” tanya Nabi Nuh as. “betul wahai hamba Allah.” Jawab pengikut Nabi Nuh as.

Perahu bahtera Nabi Nuh as menuju pegunungan yang ditanjaki oleh kan’an. Dan Nabi Nuh as memanggil kan’an berkali-kali agar mau ikut menaiki perahu bahteranya yang menyelamatkan. Namun jawaban kan’an selalu menolak. Kan’an terus menjaki pegunungan yang paling tinggi. “Wahai, putraku, kan’an. Kemarilah anakmku sayang. Ikutilah bapakmu ini. Ini adalah azab Alah. Tidak ada seorang pun dari orang-orang zalim yang akan selamat dari azab Allah ini. Maka ikutilah aku, Nak. Niscaya kamu akan selamat bersama kami.” Pinta Nabi Nuh as kepada putranya yang bernama kan’an agar kan’an mau mengikuti permintaan ayahnya.

wahai ayah, aku akan menajaki gunung yang p[aling tinggi agar aku selamat. Saya yakin air bah ini hanya sampai batas sini.” Sanggah kan’an.

anakku, turutilah permintaan ayahmu ini, Nak. Janganlah engkau menolak. Janganlah engkau seperti orang-orang zalim yang dibinasakan Allah dengan cara tidak terhormat ini. Naiklah ke atas perahu bahtera, Nak.” Pinta Nbi Nuh as dengan penuh kepasrahan kepada Allah.

Karena kan’an selalu menolak permintaan ayahnya, dan tidak segera ikut naik perahu bahtera bersama para pengikut Nabi Nuh as, air bah semakin meninggi. Seluruh jagat pun tertutup oleh air. Nabi Nuh as menangis tersedu-sedu melihat anaknya, kan’an yang mati ditelan air bah. Dan pada waktu itu tidak ada satu orang-orang zalim pun yang disematkan oleh Allah.

Allah berfirman, “Hai bumi, telanlah airmu dan hai langit (hujan) berhentilah.” Air pun surut. Dan perahu Nabi Nuh as berlabu di bukit judi.

Lalu, Nabi Nuh as bertanya kepada Allah, “Ya Tuhanku. Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu itu benar. Dan engkau adalah hakim seadil-adilnya.” Alllah berfirman, “Hai Nuh. Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu. Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu kamu jangan memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. Sesungguhnya aku memepringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengatahuan.”

Nabi Nuh as berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon sesuatu yang tidak aku ketahui hakekatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.

Allah berfirman, “Hai Nuh. turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami atasmu dan atas umat-umatmu. Dan ada umat-umat yang kami beri kesenangan kehidupan dunia kepada mereka kemudian mereka akan ditimpa azab yang sangat pedih.

Demikianlah kisah Nabi Nuh as. Seorang Nabi yang sangat sabar dalam berdakwah menyeru kebaikan kepada kaumnya meski banyak mendapatkan ejekan, celaan, cercaan, dan hinaan. Dan Nabi Nuh as atas kesabarannya dalam berdakwah tergolong sebagi Nabi yang ulul azmi.




Peran

  1. Narator & Tuhan : M.Nuril Syafaul Karim

  2. Nabi Nuh as : Fahim

  3. Kaum (orang-orang zalim, kan’an, dan pengikutnya) : sinarsih

Tidak ada komentar: