Sabtu, 13 Juni 2009

sebuah BAB I NON PTK

  1. PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa melepaskan diri dari bahasa. Tanpa adanya bahasa, aktivitas manusia akan menjadi “lumpuh” dan “tidak dinamis”. Salah satu fungsi bahasa ialah alat komunikasi atau interaksi. Lebih lanjut Keraf (2001: 14) mengataklan bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesame warga. Bahasa juga memungkinkan tiap orang merasa dirinya terikat degan kelompok social yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghidari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tinggi. Ia memungkinkan integrasi (pembaruan) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.

Setiap proses komunikasi menyebabkan terjadinya peristiwa tutur (peristiwa bahasa) dan tindak tutur (tindak bahasa) dalam satu situasi tutur. Yang dimaksud peristiwa tutur ialah terjadinya atau berlangsungnya interaksinya linguistic dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu (Chaer, 1995: 61-62). Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur dilihat dari tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Banyak peranan yang diperlukan guru sebagai pendidik. Hal itu antara lain: korektor, inspirator, informatory, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator (Djamarah, 2000: 43-48). Hal itu membuktikan bahwa tindak tutur guru amatlah penting untuk diperhatikan. Pembicaraan guru dituangkan dalam bentuk tindak tutur lokasi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam proses belajar mengajar, lokusi ialah tindak tutur langsung yang diujarkan guru, ilokusi ialah tindak tutur tindak langsung yang diujarkan guru, dan perlokusi ialah implikatur (pengaruh) yang timbul akibat tindak tutur yang diujarkan guru. Setiap tindak tutur yang diujarkan guru pasti membawa pengaruh bagi siswa, baik pengaruh positif maupun pengaruh negative. Untuk menghindari pengaruh negatif guru harus dapat memilih tindak tutur yang tepat dalam berinteraksi dengan siswanya. Selain itu, tuturan guru juga menentukan terciptanya suatu suasana tertentu di kelas.

Berdasarkna kenyataan tersebut penggunaan tindak tutur langsung harus berdampingan dengan penggunaan tindak tutur langsung sehingga hal itu dapat menumbuhkan sikap positif siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan pada akhirnya diharapkan meningkatkna prestasi belajar siswa. Karena itu, penelitian ini mengambil judul “Bentuk Tindak Tutur Tidak Langsung Guru dan Pengaruhnya terhadap Perubahan Tingkah Laku Siswa Kelas XI – IPS 1 MAN Prambon Tahun Ajaran 2009 – 2010”. Peneliti melihat keterkaitan antara tindak tutur tidak langsung dengan kaidah sopan santun dalam percakapan dan pendekatan teori belajar sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku siswa.

Yang mendasari ketertarikan peneliti terhadap masalah tersebut ialah pengamatan peneliti terhadap penggunaan tindak tutur tidak langsung oleh guru bahasa Indonesia , Bu Diyah, (10/04/2009) dalam proses belajar mengajar materi pelajaran bahasa Indonesia di kelas. Ternyata, setelah diberi “treatment” yang berupa tindak tutur tidak langsung maka siswa membrikan respon yang positif, yaitu mengubah tingkah lakunya. Peneliti juga terterik pada objek penelitian, yaitu siswa kelas XI – IPS 1 MAN Prambon. Siswa yang dimaksudkan ke dalam kelas tersebut adalah siswa yang mempunyai prestasi belajar menengah ke bawah (yaitu siswa yang mempunyai rata-rata nilai rapor antara 5,6 sampai 7,0). Selain itu penelitian ini juga didasari oleh keinginan peneliti untuk memperbaiki citra kelas XI – IPS 1 MAN Prambon yang selama ini dianggap “paling buruk” dibandingkan kelas-kelas yang lainnya.

Penelitian tindak tutur sudah banyak dilakukan. Diantaranya ialah “Tindak Bahasa Guru dalam PBM Bahasa Indonesia di SMU Negeri Sumberrejo Bojonegoro” yang diteliti oleh Partiningsih (2002). Penelitian tersebut mengambil objek wacana kelas dengan pendekatan teori Burton (1981) dan teori Sinclair dan Coulthard (1978). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada 17 tindak tutur bahasa guru dalam PBM Bahasa Indonesia, yaitu: (1) tindak prawacana pemula, (2) tndak memberi informasi, (3) tindak pemanggilan, (4) tindak pemancingan, (5) tindak pemeriksaan, (6) tindak memberi arahan, (7) tindak memberi dorongan, (8) tindak memberi petunjuk, (9) tindak memberi isyarat, (10) tindak penanda, (11) tindak memberi pengakuan, (12) tindak menerima balasan siswa, (13) tindak memberi komentar, (14) tindak memberi evaluasi, (15) tindak penunjukan, (16) tindak memberi tawaran, dan (17) tindak penyimpulan. Dalam penelitian tersebut permasalahan yang diambil ialah tindak bahasa guru dalam proses belajar mengajar di kelas secara umum. Jadi, dalam peneitian tersebut ada permasalahan yang belum diteliti yaitu bagaimanakah bentuk-bentuk dan pengaruh tindak tutur tidak langsung guru terhadap perubahan tingkah laku siswa?


    1. Masalah

1.2.1 Jangkauan Masalah

Menurut Chaer (1995:75) dilihat dari konteks situasinya ada dua macam tindak tutur, yaitu tidak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam kelas, guru harus menggunakan tindak tutr tidak langsung, disamping penggunaan tindak tutur langsung. Keterkaitan antara tindak tutur tidak langsung guru dengan berbagai disiplin ilmu diantaranya pragmatic, sosiolinguistik, dan ilmu pendidikan menimbulkan beberapa masalah yang memungkinkan untuk diteliti dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut ialah (1) pengguanaan jenis dan bentuk tindak tutur tidak langsung, (2) pemilihan jenis dan bentuk tindak tutur tidak langsung guru sesuai dengan konteksnya dan (3) perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengguanaan tindak tutur tidak langsung oleh guru.


1.2.2 Batasan Masalah

Pemabatasan masalah dilakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian ini memunculkan banyak masalah. Penelitian ini dibatasi pada masalah kesesuaian antara tindak tutur tidak langsung guru dengan sopan santun dalam pandangan pragmatic dan teori belajar dalam pandangan psikologi pendidikan, sehingga hal itu bisa menghasilkan peruabahan tingkah laku. Analisis menggunakan kaidah sopan santun (menurut R. Lakoof dan Leech) dan teori belajar (menurut ilmu jiwa Gestalt dan R. Gagne).





1.2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diteliti ialah:

  1. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur tidak langsung yang digunakan guru saat Proses belajar Mengajar di kelas XI – IPS 1 MAN Prambon?

  2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan tindak tutur tidak langsung guru terhadap motivasi belajar mengajar siswa kelas XI – IPS 1 MAN Prambon?

  3. Bagaimanakah pengaruh penggunaan penggunaan tindak tutur tidak langsung tidak langsung terhadap prestasi belajar siswa kelas XI – IPS 1 MAN Prambon?.


1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

  1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur tidak langsung yang digunakan guru saat proses Belajar Mengajar di kelas XI – IPS 1 MAN Prambon.

  2. Mendeskripsikan pengaruh penggunaan tindak tutr tidak langsung guru terhadap motivasi belajar siswa kelas XI – IPS 1 MAN Prambon.

  3. Mendeskrisikan pengaruh penggunaan tindak tutur tidak langsung guru terhadap prestasi belajar siswa kelas XI – IPS 1 MAN Prambon.


1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

  1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperluas wawasan di bidang kebahasaan dan pengajaran.

  2. Bagi guru, diharapkan dapat membantu dalam penelitian tindak tutur yang sesuai dengan konteksnya dan membantu guru dalam pengelolaan kelas.

  3. Bagai pemerhati bahasa, diharapkan dapat menambah informasi tentang perkembangan bahasa; khususnya teori tindak tutur.






1.5 Definisi dan Asumsi

1.5.1 Definisi

Agar tidak terjadi kekaburan atau kesalahpahaman dalam penafsiran, istilah-istilah pada judul penelitian, perlu ditegaskan dengan tujuan memperjelas konsep penelitian. Istilah-istilah dan definisnya sebagai berikut:

  1. bentuk: penampakan atau rupa satuan bahasa (KBBI, 1999: 119)

  2. tindak tutur tidak langsung: biasa disebut tindak tutur ilokusi, ialah tindak tutur yang biasanya diidenfikasikan dengan kalimat performatif yang implicit (Djamasudarma, 1994: 65)

  3. motivasi: daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2004: 73)

  4. tes prestasi belajar: tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar (Saifuddin, 2003: 8)

  5. guru: orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (KBBI, 1999: 330)

  6. pengaruh: daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (KBBI, 1999: 747)

  7. perubahan tingkah laku: peralihan perbuatan atau peralihan tindakan (KBBI, 1094: 1060)

  8. siswa: orang yang belajar (KBBI, 1999: 951).


1.5.2 Asumsi

Penelitian ini didasari asumsi sebagai berikut:

  1. siswa merupakan individu yang mempunyai cirri khas. Antara siswa yang satu dengan yang lain pasti berbeda. Karena itu, guru harus dapat memilih dengan tepat tindak tutur yang dapat mewadahi perbedaan individual tersebut sehingga tidak terjadi konflik dalam kelas

  2. siswa kelas IPS 1 MAN Nganjuk merupakan siswa yang mempunyai prestasi belajar menengah ke bawah (mempunyai rata-rata nilai rapor antara 5,6 sampai 7,0) sehingga dalam hal belajar sangat minim motivasi. Untuk itu perlu diberi tindakan yang dapat membantu meningkatkan motivasi belajarnya.


Tidak ada komentar: