Kamis, 01 Maret 2012

PROSES BANGKITNYA PERSATUAN GURU NAHDHATUL ULAMA (PERGUNU)

Menyadari betapa sangat pentingnya peranan guru dalam nation and character building bangsa, khususnya pembangunan jam’ iyah NU kini dan masa yang akan datang serta dalam kenyataan kehidupan berbangsa dan bernegara di negara Indonesia saat ini yang dilanda krisis multi demensi, terutama krisis moral religius, para pemerhati dan pemeduli akan pendidikan nasib Nahdlatul Ulama mendatang terdorong untuk membangun kembali PERGUNU di daerah kota tercinta ini.

Tujuan kebangkitan PERGUNU ialah memulihkan kembali peranan guru yang berkepribadian islami Ahlussunnah wal Jama’ah dalam membangun bangsa yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Kami menyadari bahwa guru-guru NU selama kurang lebih 30 tahun (1970—2002) dalam era Orde Baru sampai saat ini bercerai berai karena tidak memiliki wadah secara jelas. PERGUNU yang sudah ada sejak tahun 1952 terbelenggu tak berdaya dengan politik monoloyalitas pemerintah orde baru. PERGUNU pada waktu itu (1952—1970) merupakan organisasi onderbow Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah sekaligus sebagai partai politik. Jadi, pantas saja bila pada masa orde baru di pandang sebagai organisasi yang akan menghambat politik Orde Baru.

Akibatnya, PERGUNU ditekan sedemikian rupa agar tidak berdaya sama sekali. Bahkan, era Nahdlatul Ulama kembali khithoh, PERGUNU sudah hilang dari daftar sebagai organisasi badan otonom Nahdlatul Ulama sampai sekarang.

Kenyataan ini sungguh memprihatinkan. Padahal, kami yakin bahwa NU besar disebabkan oleh guru, ustadz, kyai, atau mu’allim (pengajar) di Pesantren, Mushola dan Madrasah. Bahkan, nasib guru-guru NU selama ini termarjinalkan oleh suatu sistem yang tidak sehat dan sulit bersaing dengan guru-guru di luar NU. Bahkan, guru-guru NU sampai saat ini masih mengalami trauma berat terhadap keberadaan sistem Orde Baru. Lebih-lebih, praktek dari sistem Orde Baru sampai saat ini masih berlaku kuat. Akibatnya, guru-guru NU sudah tidak memiliki wadah, jaringan dan advokasi terhadap permasalahan yang mereka hadapi.

Atas dasar kenyataan tersebut, kami berjuang keras membangkitkan kembali PERGUNU sebagai wadah untuk membangun profesi guru, kualitas SDM, dan kesejahteraan guru dari warga Nahdlatul Ulama dengan berpegang pada paradigma baru, yakni PROFESIONALISME sebagai berikut.

a. Keimanan dan ketakwaan yang tingi.

b. Memiliki kompetensi ilmiah.

c. Guru yang ahli di bidangnya.

d. Konsisten dalam melaksanakan tugas profesi dengan manajemen.

e. Administrasi yang baik dan benar.

f. Disiplin yang tinggi.

g. Dedikasi yang tinggi.

h. Tidak berafiliasi dengan partai oplitik manapun yang ada.

Kini gagasan itu secara organisasi telah terwujud dengan nama PERGUNU. Pada tanggal 31 Maret 2002 Pengurus Wilayah PERGUNU di Jawa Timur terbentuk. Bahkan, di Jawa Timur sudah terbentuk cabang-cabang kurang lebih 50% dari daerah kota atau kabupaten se-Jawa Timur. Pada tanggal 15 Desember 2003, telah terbentuk Pengurus Pusat PERGUNU sebagai hasil keputusan tim sembilan (formatur) yang direkomendasikan oleh PBNU.

Yang paling menggembirakan sampai saat ini telah terbentuk Pengurus Wilayah PERGUNU di seluruh Jawa. Bahkan, PERGUNU sudah mendapatkan respon positif dengan terbentuknya Pengurus Wilayah PERGUNU di Sulawesi dan daerah lainnya.

Kami sangat optimis bukan saja dengan terbentuknya Pengurus Wilayah PERGUNU di Nusantara, melainkan juga guru adalah human reshorsis pembangunan dan keilmuan. Jika semuanya dikelola dengan baik, PERGUNU akan menghasilkan suatu kekuatan positif yang dasyat an dapat membuat net work ke semua lini dan sektor kehidupan bangsa ini dengan program kerja yang tepat dan produktif. Pada gilirannya, NU akan menuai sukses besar di masa mendatang.

KILAS BALIK PERGUNU

Potret PERGUNU era praorde baru sebagai berikut.

1. Pada tahun 1952 dalam konferensi Ma’arif se-Indonesia diputuskan akan membentuk Organisasi Guru NU, maka Cabang Ma’arif Surabaya diberi mandat sebagai sponsor dalam pembentukan Organisasi PERGUNU.

2. Pada tangal 1 Mei 1958, Cabang Ma’arif Surabaya berhasil membentuk Persatuan Guru Nahdhatul Ulama (PERGUNU) Cabang Surabaya.

3. Pada tanggal 14 Februari 1959, Cabang PERGUNU Surabaya berhasil membentuk Pengurus Pusat PERGUNU sebagai berikut.

a. Ketua Umum : Basori Alwi

Ketua I : Ali Mustakim

b. Penulis Umum : Mudjri Dahlan

Sekretaris I : M. Muhaimin Harjono

Sekretaris II : M. Nadji Ghozali

c. Bendahara Umum : Alwi Rahmad

Bendahara I : Achjab Sja’roni

4. Pada tanggal 17—20 Oktober 1958, diselenggarakan Mukhtamar PERGUNU pertama di Surabaya yang diikuti oleh 27 Pengurus Cabang. Hasil Mukhtamar adalah memutuskan dan menetapkan AD/ART, serta menetapkan susunan Pengurus Pusat PERGUNU sebagai berikut.

a. Ketua Umum : Basori Alwi

Ketua I : M. Fauzi

Ketua II : Ali Mustakim

b. Penulis Umum : H. A. Zaki Gufron

Sekretaris I : Mudjri Dahlan

Sekretaris II : Muhaimin Harjono

c. Bendahara : Alwi Rahmat

5. Pada tahun 1960 dengan pengurus:

a. Ketua Umum : Basori Alwi

Ketua I : Abdullah H.S.

Ketua II : Ali Mustakim

b. Penulis Umum : Mardji’i Syam

Sekretaris I : Mudjri Dahlan

Sekretaris II : Muhaimin Harjono

c. Bendahara : Alwi Rahmat

6. Pada tahun 1966 diadakan Mukhtamar II PERGUNU.

a. Ketua Umum : Mardji’i Syam

Ketua I : M. Fauzi

Ketua II : Ali Mustakim

b. Penulis Umum : H. A. Zaki Gufron

Sekretaris I : Mudjri Dahlan

Sekretaris II : Muhaimin Harjono

c. Bendahara : Alwi Rahmat

Sekretariat PERGUNU di pindah ke Jakarta karena Ketua Umum, Bapak Madji’i Syam diangkat sebagai DPRD RI wakil dari NU.

7. Pada tahun 1968 masa keemasan bagi PERGUNU karena beberapa hal:

a. Sebagian besar kader PERGUNU dapat menduduki jabatan penting di dalam departemen agama.

b. PERGUNU wilayah Jawa Timur pada waktu itu Ketua Umum dijabat oleh Djamaludin Abdullah, B.A. berhasil memperjuangkan 20.000 guru dari warga NU diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Departemen Agama.

c. Cabang-cabang PERGUNU menunjukkan aktivitas yang tinggi. Bahkan, sebagian besar telah memiliki kantor sendiri.

8. Pada tahun 1970 PERGUNU benar-benar tidak berdaya dan tidak menampakkan aktivitasnya sebagai organisasi profesional dan posisi NU dipeta politik Nasional makin menurun. Bahkan, ketika NU kembali ke Khittoh, melepaskan diri dari gerakan politik praktis mengakibatkan PERGUNU lenyap dari daftar onderbow NU sampai tahun 2000. Hal itu karena di setiap Mukhtamar NU tidak ada yang mewakili PERGUNU.

KEBANGKITAN PERGUNU

Kebangkitan kembali PERGUNU tidaklah datang dari kaum elite Nahdhatul Ulama, tetapi dari bawah (Buttem Up). Secara kronologis, kebangkitan PERGUNU sebagai berikut.

1. Pada tanggal 20 Oktober 2001 diselenggarakan diskusi kelompok kecil yang dimotori oleh H. Abdul Latif Mansyur di Jombang dengan melahirkan gagasan menghidupkan kembali Organisasi Guru Nahdhatul Ulama dan muncullah nama Persatuan Guru Nahdhatul Ulama disingkat (PERGUNU).

2. Pada tanggal 3 November 2001 terbentuk panitia silaturahim yang diketuai oleh H. Abdul Latif Mansyur untuk merancang terbentuknya PERGUNU di Jawa Timur.

3. Pada tanggal 5 Januari 2002 diselenggarakan pertemuan di Kantor Wilayah NU untuk membentuk Tim Bangkitnya PERGUNU Wilayah Jawa Timur yang diketuai oleh H. Djamaludin Abdullah, B.A.

4. Pada tanggal 10 Januari 2002 diselenggarakan rapat Tim Kebangkitan PERGUNU di Pon.Pes. Al-Halim Miftahul Ula Kertosono Nganjuk untuk menyempurnakan susunan anggota Tim Kebangkitan PERGUNU.

5. Pada tanggal 13 Januari 2002 bersamaan dengan dialog interaktif antarumat beragama yang diselenggarakan di Pon.Pes. Al-Halim Miftahul Ula Nglawak Kertosono Nganjuk yang dihadiri oleh KH. Abdur Ramhan Wachid. Dan pertemuan anggota tim PERGUNU untuk mempertajam pembentukan PERGUNU Wilayah Jawa Timur sekaligus saat itu yang mendapat surat rekomendasi persetujuan KH. Abdur Rahman Wachid (sebagaimana terlampir dari hsil Musyawarah tanggal 30—31 Maret 2002), makan dapat disusun secara kongkrit sebagai berikut.

a. Tim Kebangkitan PERGUNU Wilayah Jawa Timur dan berhasil mengirim surat kepada Pengurus Cabang NU seluruh Jawa Timur dengan meminta bantuan agar memfasilitasi pembentukan Pengurus Harian Sementara dan mengirimkan ke Tim Kebangkitan PERGUNU di Nganjuk Jawa Timur.

b. Pada tanggal 29 Januari 2002 mengadakan pertemuan di Pon.Pes. Al-Aziziyah Denanyar Jombang untuk menyusun langkah penyebaran informasi pembentukan draf AD/ART ke seluruh Jawa Timur.

c. Pada tanggal 10 Februari 2002 diadakan rapat pengurus lengkap Tim Kebangkitan PERGUNU di Pon.Pes. Al-Halim Miftahul Ula Nglawak Kertosono Nganjuk Jawa Timur dengan hasil akan mengadakan Musyawarah PERGUNU pada tanggal 30—31 Maret 2002 bertempat di Pon.Pes. Amanatul Ummah di Jln. Siwalan Kerto Utara No. 56 Surabaya.

Tidak ada komentar: