Kamis, 01 Maret 2012

PESANTREN DAN ILMU

Kutemukan. . .

Sebuah nama dalam keagungan

Berselimut kekuatan

Memancarkan kekuatan

Dipuji dan diabadikan

Kumelihatnya. . .

Beraneka bentuk terangkai rupa

Terhimpun

Tersusun

Tersurat arti

Bersirat makna

Kumembaca. . .

Segala misal perumpamaan

Teguran

Yang mengingatkan

Hati insan yang penuh kehilafan

Kumendapatkan. . .

Disetiap lembar halaman

Pedoman

Aturan

Peta penunjuk jalan

Bagi kaki dalam menepuk liku-liku kehidupan

Kumendengarkan. . .

Sebuah kisah yang diceritakan

Sebuah berita yang yang dikabarkan

Tentang kebahagiaan

Tenang kepedihan

Dari janji adil sebuah kehidupan

ILMU

Ilmu adalah tetesan dari embun pagi

Yang jatuh membasahi kegersangan hati

Hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari

Dalam kehidupan

Ilmu adalah pohon rindang dengan ribuan dahan

Yang mampu memayungu dari terik matahari

Yang tertahankan

Yang mampu memberikan keteduhan dalam kedamaian

Wahai angin pengembara

Kabarkan kepadaku tentang dirinya

Ilmu adalah kumpulan mata air dari telega suci

Yang jernih dan mengalir tiada henti

Hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri

Dalam kesegaran

Ilmu adalah derasnya hujan yang turun

Yang membasahi disetiap jengkal bumi yang berdebu

Yang mampu membersihkan mahkota bunga dan

Dedaunan dalam kesucian

Ilmu adalah untaian intan permata

Yang berkilau indah sebagai anugrah tiada tara

Hingga mampu membuat pesona jiwa

Dalam keindahan

Wahai burung duta suara

Ceritakan padaku tentang kehadirannya

GUYONANE SANTRI

“Yai, kenapa orang mati pas ditanya malaikat itu kita bisa ndengerin tidak?”, tanya santri pada Kyai nya.

“Ya nggak bisa, kan dikubur”, jawab Kyai sambil berlalu.

“pati Kan kita bisa nempelin kuping kita ke tanah atau dipasangi mic. Bisa dengar gedobrakan siksa kalau nggak bisa njawab”. Lanjut santri.

Nggak. Alamnya kita berdeda. Mereka di akhirat”. Jawab Kyai kemudian.

“Berarti akhirat itu sudah ada???”

“Hem”

“Neraka juga sudah ada???”

“Heh”

Kan belum kiamat???”

“Biar” jawab Kyai kemudian.

“Kosong pa isi???”

“Isi”

“Isinya siapa???”

“Hh”

“Siapa e?”

“Isinya ya orang-orang kayak kamu itu, yang kalau tanya nggak mutu!” jawab Kyai kemudian

“Heheheh.......” keduanya pun tertawa geli.

Dialog di atas tidak pernah terjadi di pesantren. Di dunia pesantren Kyai adalah sosok sentral kharismatik, bijak, berilmu, dan sangat dihormati. Sementara santri adalah murid yang terhadap kyainya bukan hanya berkedudukan sebagai pencari ilmu tetapi juga sebagai pengharap berkah.

berarti status santri adalah medium untuk menciptakan ketundukan pada tata nilai dalam pesantren kepada kyai yang merupakan hirarki kekuasaan tertinggi. Inilah tawadu-positioning yang tidak mudah dijelaskan dan akibatnya sering disalahpahami orang sebagai kultus.

Namun Tuhan tidak membiarkan umatnya tidak nyaman di situasi yang sebenarnya baik-baik saja itu. Diberinya imajinasi. Satu anugerah dan bekal yang memungkinkan orang survive ketika terdesak, kreatif ketika terhimpit, dan mengubah ketegangan relasi kyai-santri.

***

Tidak ada komentar: