PESANTREN DAN ILMU
Kutemukan. . .
Sebuah nama dalam keagungan
Berselimut kekuatan
Memancarkan kekuatan
Dipuji dan diabadikan
Kumelihatnya. . .
Beraneka bentuk terangkai rupa
Terhimpun
Tersusun
Tersurat arti
Bersirat makna
Kumembaca. . .
Segala misal perumpamaan
Teguran
Yang mengingatkan
Hati insan yang penuh kehilafan
Kumendapatkan. . .
Disetiap lembar halaman
Pedoman
Aturan
Peta penunjuk jalan
Bagi kaki dalam menepuk liku-liku kehidupan
Kumendengarkan. . .
Sebuah kisah yang diceritakan
Sebuah berita yang yang dikabarkan
Tentang kebahagiaan
Tenang kepedihan
Dari janji adil sebuah kehidupan
ILMU
Ilmu adalah tetesan dari embun pagi
Yang jatuh membasahi kegersangan hati
Hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
Dalam kehidupan
Ilmu adalah pohon rindang dengan ribuan dahan
Yang mampu memayungu dari terik matahari
Yang tertahankan
Yang mampu memberikan keteduhan dalam kedamaian
Wahai angin pengembara
Kabarkan kepadaku tentang dirinya
Ilmu adalah kumpulan mata air dari telega suci
Yang jernih dan mengalir tiada henti
Hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
Dalam kesegaran
Ilmu adalah derasnya hujan yang turun
Yang membasahi disetiap jengkal bumi yang berdebu
Yang mampu membersihkan mahkota bunga dan
Dedaunan dalam kesucian
Ilmu adalah untaian intan permata
Yang berkilau indah sebagai anugrah tiada tara
Hingga mampu membuat pesona jiwa
Dalam keindahan
Wahai burung duta suara
Ceritakan padaku tentang kehadirannya
GUYONANE SANTRI
“Yai, kenapa orang mati pas ditanya malaikat itu kita bisa ndengerin tidak?”, tanya santri pada Kyai nya.
“Ya nggak bisa, kan dikubur”, jawab Kyai sambil berlalu.
“pati Kan kita bisa nempelin kuping kita ke tanah atau dipasangi mic. Bisa dengar gedobrakan siksa kalau nggak bisa njawab”. Lanjut santri.
“Nggak. Alamnya kita berdeda. Mereka di akhirat”. Jawab Kyai kemudian.
“Berarti akhirat itu sudah ada???”
“Hem”
“Neraka juga sudah ada???”
“Heh”
“Kan belum kiamat???”
“Biar” jawab Kyai kemudian.
“Kosong pa isi???”
“Isi”
“Isinya siapa???”
“Hh”
“Siapa e?”
“Isinya ya orang-orang kayak kamu itu, yang kalau tanya nggak mutu!” jawab Kyai kemudian
“Heheheh.......” keduanya pun tertawa geli.
Dialog di atas tidak pernah terjadi di pesantren. Di dunia pesantren Kyai adalah sosok sentral kharismatik, bijak, berilmu, dan sangat dihormati. Sementara santri adalah murid yang terhadap kyainya bukan hanya berkedudukan sebagai pencari ilmu tetapi juga sebagai pengharap berkah.
berarti status santri adalah medium untuk menciptakan ketundukan pada tata nilai dalam pesantren kepada kyai yang merupakan hirarki kekuasaan tertinggi. Inilah tawadu-positioning yang tidak mudah dijelaskan dan akibatnya sering disalahpahami orang sebagai kultus.
Namun Tuhan tidak membiarkan umatnya tidak nyaman di situasi yang sebenarnya baik-baik saja itu. Diberinya imajinasi. Satu anugerah dan bekal yang memungkinkan orang survive ketika terdesak, kreatif ketika terhimpit, dan mengubah ketegangan relasi kyai-santri.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar